sebuah Inspirasi yang tertunda

PRABHAKA RUMAH KEDUA KU { opiniku™}

 By Selvian
SALAM PRAMUKA !

Sahabat inspirasiku kali ini aku ingin sedikit bercerita tentang pengalamanku dan aku ingin mencoba menapak tilas sejenak. Pada tahun 2006 tepatnya lebih kurang 5 tahun yang lalu, aku mencoba menggali ilmu dan pengetahuan yang tidak pernah aku dapat dibangku sekolah. Melalui suatu organisasi kepanduan dunia yaitu pramuka kalau diSMA ku dulu terkenal dengan sebutan prabhaka. Disana tempatku berkreasi, tempat mengenal eratnya tali silaturahmi, tempat belajar saling menghargai, tempatku mengenal sahabat dan kakak-kakak senior mungkin lebih tepatnya aku sebut mereka purna bakti yang saling mendampingi memberikan pengetahuan, motivasi, kritik, saran bahkan hukuman apabila aku melakukan kelalaian dalam menjalankan aturan adat yang berlaku. Serta, memberikan pengalaman mereka kepada kami "purna bakti 08" khususnya dan kepada seluruh purna bakti umumnya.

Hal-hal tersebutlah dan perasaan saling memiliki antara satu dengan lain inilah yang membuat aku yakin mengapa aku dapat terus aktif dalam setiap kegiatan kepramukaan di PRABHAKA. Pada tahun 2006 pengalaman pertama kali nya diawali dengan kemah penerimaan anggota baru dan aku melihat sidang ambalan yang diadakan satu tahun sekali, yang menurut ku sidang tersebut bukanlah tempat menentukan apakah pekerjaan rumah dewan ambalan berhasil atau tidak akan tetapi aku melihatnya lebih keproses yang mereka jalani untuk membuat suatu perubahan yang lebih baik. Mencoba reorganisasi kepada penerusnya dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang memiliki karakteristik yang kuat, bukan PEMIMPIN yang hanya dapat memecah belah persatuan dan silaturahmi yang dibangun dengan rasa kekeluargaan yang sangat kami dijunjung tinggi.

Lebih kurang 3 tahun aku mengikuti kegiatan demi kegiatan yang diprogramkan dari tiap tahunnya, dan alhamdulilah pramuka bhayangkari merupakan pramuka yang cukup disegani dikawasan LAMPUNG UTARA yang biasa kami menyebutnya MACAN ORGANISASI yang berani unjuk gigi dengan prestasi bukan dengan menghasut sana dan sini.

Di prabhaka rumah keduaku dan Diprabhakalah aku mengenal sahabat-sahabatku yaitu akhmad yogko maulana, agus setiawan, wiedy widayat, anggun putra astaman doni, angga oktari, teja nugraha yang tidak sempat menyelesaikan masa jabatannya sebagai pradana dan diserahkan amanatnya kepadaku sehingga aku mengemban 2 tugas sekaligus merangkap sebagai pradana dan krani putra, hal tersebut disebabkan oleh karena ia berpindah kesekolah lain dan masih banyak lagi sahabat-sahabatku yang lain yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu. Dan kakak-kakak seniorku seperti kak sep eka, kak bambang, kak mukhlisi dan banyak lagi senior-senior lain yang tidak dapat aku sebut satu persatu. Dari merekalah aku belajar tentang apa? dan bagaimana?. Dan perkenalkan kakak pembina ku yaitu kakak TANHAR M.T yang telah memberikan kami kesempatan untuk berproses.

Banyak hal-hal nyata yang telah kami lakukan untuk perkembangan kretifitas seperti melatih SD tempat ku menyalurkan pengetahuan yang telah aku dan kakak-kakak sekalian dapatkan pada waktu itu. Selain hanya sekedar melatih aku juga mendapatkan honor yang tidak besar jumlahnya tetapi itu bukan tujuan yang utama bagiku dan sahabat yang bersama-sama yang sedang melakukan proses pada saat itu, karena tujuan kami lebih keprosesnya. Memenangkan bebagai macam perlombaan, dan menjalankan program kerja yang telah disusun untuk satu tahun kedepan.

Kami semua sangat mencintai prabhaka seperti kami mencintai rumah kami sendiri. Tempat kami berbagi, tempat bersandar kami dan banyak lagi hal-hal lainnya. Perasaan itu tetap kami bangun hingga sampai saat ini, saat dimana kami telah menjadi purna bakti. Walau terkadang kami merasa hak kami sebagai penghuni rumah yang bertahun-tahun kami jaga dan kami bangun bersama, dirusak oleh sesuatu yang tidak jelas bentuknya. Tapi satu yang menjadi pegangan kami, 10 UNTUK 1 DAN 1 UNTUK 10. Tidak akan ada yang dapat mengambil itu semua dari kami.

Hal-hal yang diajarkan kepadaku seperti menghormati yang lebih tua, berbicara sesuai situasi dan kondisi dan saling menghargai sesama masih tetap aku pegang sampai sekarang. Hal tersebut sangat penting dan harus dipegang oleh setiap MASA BAKTI khususnya MASA BAKTI SAAT INI dan sampai seterusnya. Tetapi, aku juga tidak boleh melihat perbedaan dari setiap masa bakti. Bila kita berkaca dari tiap tahunnya maka kita pasti berkata " MASA BAKTI KU DULU SEPERTI INI MENGAPA MASA BAKTI KALIAN SEPERTI ITU ". Saat ini biarkan mereka berposes sendiri karena bila aku berkata seperti itu sama saja aku telah membatasi mereka dalam berproses. Sehingga mereka bingung dengan apa yang akan mereka kerjakan.

Kami dan aku khususnya saat ini hanya bisa mendorong kalian dari belakang. Lakukan proses yang baik pasti akan menjadi BENAR. Jangan terpengaruh oleh sesuatu yang sesungguhnya kalian tidak tahu apa, mengapa dan bagaimana? yang semestinya.

Yang menjadi kebanggaan ku saat ini adalah walau kami ( purna bakti ), saling memiliki kesibukan masing-masing, domisili yang berbeda kami tetap saling menjaga tali silaturahmi yang tidak terputus oleh apapun. Hal tersebutlah yang aku banggakan dari kakak-kakak, dan rekan seperjuanganku. Itu yang masih kami jaga apalagi KALIAN yang masih duduk bersama, dengan mengemban jabatan yang dipercayakan kepada kalian.

Catatan ini merupakan suatu bentuk apresiasiku terhadap PRABHAKA, sebagai tempat ku berproses, dan sebagai wadah yang mengedepankan kekeluargaan dan persaudaraan. Sedikit pesan kepada kakak-kakak dewan ambalan, JAGA RUMAH KAMI, KARENA ITU MERUPAKAN RUMAH KALIAN JUGA. JAGA AMANAH KAMI SEBAGAI ANGGOTA AKTIF DAN ANGGOTA NON AKTIF YANG TELAH MEMBERIKAN KEPERCAYAAN KEPADA KALIAN UNTUK KALIAN JAGA BERSAMA.

SALAM PRAMUKA !

Warna dan arti kiasan tku

a. Kelopak bunga kelapa yang
mulai merekah, menggambarkan
pertumbuhan tanaman,
mengibaratkan Pramuka Siaga
yang sedang tumbuh menjadi
tunas calon bangsa.
b. kelopak bunga diletakkan
miring, menggambarkan bunga
kelapa yang selalu
memperlihatkan sudut miring
terhadap batang pohonnya,
mengibaratkan keterikatan
Pramuka Siaga dengan keluarga
dan orang tuanya.
c. Mayang terurai bertangkai
tiga buah, menggambarkan
bunga yang sudah mulai
berkembang, indah dan menarik,
mengibaratkan Pramuka
Penggalang yang riang, lincah
dan bersikap menarik, sebagai
calon tunas bangsa yang sedang
berkembang, menggladi dirinya
dengan jiwa Pramuka yang
berlandaskan pada Trisatya.
d. Mayang terurai yang mekar
ke samping, mengibaratkan
makin terbukanya pandangan
Pramuka Penggalang, dan
menerima pengaruh yang baik
dari lingkungan sekitarnya.
e. Bintang bersudut lima
mengibaratkan Ketuhanan Yang
Mahaesa dan Pancasila.
f. Dua buah tunas kelapa yang
berpasangan mengibaratkan
keselarasan dan kesatuan gerak
Pramuka Penegak dan Pandega,
putera dan puteri, yang sedang
membina dirinya sebagai mahluk
pribadi, mahluk sosial dan
mahluk Tuhan, menuju cita-cita
bangsa yang tinggi, setinggi
bintang di langit, untuk
kemudian mengabdikan dirinya
ke dalam dank e luar organisasi
Gerakan Pramuka.
g. Tanda Penegak Bantara,
Penegak Laksana dan Pandega
diletakkan di atas pundak kiri
dan kanan, mengibaratkan
pemberian tanggung jawab yang
tidak ringan yang dipikulnya
sebagai anggota Gerakan
Pramuka dan kader
pembangunan bangsa dan
negara.
Arti warna:
1) warna hijau melambangkan
kesegaran hidup sesuatu yang
sedang tumbuh.
2) warna merah melambangkan
kemeriahan hidup sesuatu yang
sedang berkembang.
3) warna kuning dan kuning
emas melambangkan kecerahan
hidup yang menuju ke
keagungan dan keluhuran budi.
4) warna coklat melambangkan
kematangan jasmani dan rohani,
kedewasaan dan keteguhan.

Sejarah Ks Tubun dan Cut nyak Dien Nama Ambalan Kami

Karel Satsuit Tubun

Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun, (lahir di Maluku Tenggara, 14 Oktober 1928 – meninggal di Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 36 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah seorang korban Gerakan 30 September pada tahun 1965. Ia adalah pengawal dari J. Leimena. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Dikarenakan dia adalah korban Gerakan 30 September, maka dia diangkat menjadi seorang Pahlawan Revolusi.










Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Teuku Umar, salah satu tokoh yang melawan Belanda, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880 yang menyebabkan meningkatnya moral pasukan perlawanan Aceh. Mereka dikaruniai anak yang diberi nama Cut Gambang. Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit encok dan rabun, sehingga satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Namun, ia menambah semangat perlawanan rakyat Aceh serta masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap, sehingga ia dipindah ke Sumedang. Tjoet Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.